FEATURE: "The Syiar of Islam Echoes in Earth Alms Tradition in Karangwungu Village "
“Syiar Islam Menggema dalam Tradisi Sedekah
Bumi di Desa Karangwungu”
Oleh: Mauidhotul
Husniyah
Adanya pandemi Covid-19, menyebabkan saya tetap di
rumah dan memberikan peluang untuk saya mengikuti acara sedekah bumi pada
tanggal 28 Oktober 2020.
Apa sih sedekah
bumi itu? Apakah sedekah bumi itu tentang ritual tumbal?
Sedekah Bumi merupakan momen ziarah kubur di makam
sesepuh, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Desa Karangwungu atas
hasil panen yang sudah di dapat selama setahun. Di desa Karangwungu sendiri,
sedekah bumi diadakan di sepetak tanah luas yang berumput hijau.
Momen sedekah bumi tersebut merupakan salah satu
usaha masyarakat Desa Karangwungu untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah
berikan, sebagimana dalam Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 157).
Di atas tanah yang luas tersebut, berdiri tiga
bangunan kokoh hasil gotong royong masyarakat. Yang pertama, ada bangunan makam
sesepuh atau pendiri atau penemu Desa Karangwungu, yang masyarakat biasa
menyebut bangunan tersebut “Makam Mbah Kandowo”. Tepat beberapa meter sebelah selatan
ada sebuah bangunan rumah kecil tempat memasak makanan. Di sebelah utara
berdiri kokoh sebuah bangunan tanpa dinding, hanya ada tiang penyangga, atap
dan lantai saja. Bangunan itu, memang dibuat khusus untuk tempat duduk para
warga saat acara sedekah bumi berlangsung.
Sedekah bumi memang diadakan setiap satu tahun
sekali. Masyarakat Desa Karangwungu mengadakan sedekah bumi biasanya dua bulan
sebelum akhir tahun atau tepatnya di akhir bulan Oktober. Seluruh lapisan
masyarakat ikut serta dalam acara ini. Mereka semua berbondong-bondong ke
tempat sedekah bumi. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah warga. Yakni tepat
di seberang embong tangkis (embong
tangkis merupakan gundukan atau urukan tanah yang sangat tinggi, sengaja dibuat
untuk tanggul pembatas antara sungai bengawan solo dengan Desa Karangwungu).
Pada pagi harinya, acara pertama dari sedekah bumi adalah
proses penyembelihan hewan untuk nantinya di masak dan di makan bersama. Hewan
tersebut biasanya berupa beberapa kambing. Dalam sesi ini, biasa dilakukan oleh
bapak-bapak. Sementara itu, para ibu sibuk mempersiapkan alat memasak, bumbu
masak, dan makanan pelengkap lainnya
.
Setelah proses penyembilan selesai. Ibu-ibu akan
mulai bekerja sama untuk memasak daging tersebut. Memasaknya bukan dibawa
pulang kerumah, tetapi di masak di sebuah rumah kecil yang memang dibuat khusus
untuk tempat memasak saat sedekah bumi.
Dari pagi hingga siang para ibu mempersiapkan
makanan. Sementara itu, bapak-bapak sibuk membersihkan dua bangunan yang lain,
yakni makam Mbah Kandowo dan bangunan untuk duduk para warga. Serta membabat
rumput-rumput yang sudah terlihat panjang. Masyarakat tampak kompak dan saling
tolong menolong agar acara sedekah bumi dapat berjalan dengan lancar. Ini sesuai
dengan firman Allah yakni, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan
dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat
siksaan-Nya” (Q.S Al-Maidah: 2).
Ketika sore hari menyapa, para warga yang belum
sempat membantu sejak pagi akan berdatangan silih berganti sembari membawa
makanan tradisional, seperti kucur, onde-onde, tape, kerecek, dan
kawan-kawannya. Selain membawa makanan, mereka juga beriziarah ke makam sesepuh
secara bergantian. Mereka berziarah kubur, bukan melakukan penyembahan kapada makam.
Terlihat mereka tidak membawa apa-apa masuk ke dalam bangunan makam, kecuali
kitab tahlil atau sekadar membaca Al-Fatihah seperti yang saya lakukan.
Memang sore hari merupakan waktu mempersiapkan semua
hal yang diperlukan untuk acara puncak nanti malam. Mulai dari terop, sound system hingga penataan makanan.
Acara puncak sedekah bumi Desa Karangwungu berupa pengajian atau ceramah oleh
seorang ustaz atau kyai yang ada di desa maupun kyai desa sebelah atau bahkan
kyai yang sudah terkenal dan mengisi acara di Televisi. Acara pembukaan akan
dilakukan dengan sholawatan bersama, baru kemudian acara inti yakni pengajian
atau ceramah. Di sesi ini, para warga terlihat khusyuk mendengarkan pengajian,
terlihat pula dari wajah letih mereka, rasa syukur tiada tara. Dan Alhamdulillah, saat pengajian
berlangsung suasana cerah dan tidak hujan.
Setelah malam yang penuh barokah tersebut, esok
harinya ada acara penutupan. Yakni berupa udik-udikan
(udik-udikan adalah melempar atau menebar uang logam). Di sesi ini,
anak-anak terlihat sangat antusias dan bahagia. Mereka berebut uang koin yang
berhamburan itu, tampak ada yang sumringah sekali, karena mendapat banyak uang,
dan ada pula yang menekuk wajahnya karena mendapat uang tak seberapa. Ekspresi yang
sangat menggemaskan bukan?. Setelah semua rangkaian acara sedekah bumi
terlaksana. Maka para warga akan saling bergotong-royong untuk membersihkan dan
merapikan kembali tempat sedekah bumi tersebut.
Nah, itu tadi yang dimaksud sedekah bumi di Desa Karangwungu.
Masyarakat sekitar Sungai Bengawan Solo, atau masyarakat Desa Karangwungu
merupakan salah satu potret Islam yang begitu indah. Islam hadir untuk memperindah tatanan, bukan untuk membelenggu. Karena
Islam menjunjung
keadilan, kedamaian, serta ketenteraman. Islam adalah Rahmatan Lil’alamin yang
berarti rahmat bagi seluruh alam.
Begitulah kiranya Islam yang membumi di Desa Karangwungu, Karang Geneng,
Lamongan.
Komentar
Posting Komentar